Menjadi seorang guru bukanlah cita-cita saya sejak kecil. Menjadi guru karena keterpaksaan saya atas kecerobohan mengambil pmdk di IKIP Semarang. Iseng mengambil formulir pmdk untuk sekedar coba-coba ternyata dipilih oleh Allah untuk masuk IKIP. Perguruan Tinggi kelas dua, julukan IKIP saat itu menjadi alasan saya untuk tidak memilihnya. Tetapi ultimatum kepala sekolah bahwa pmdk harus diambil demi kelanjutan program bagi sekolah memaksa saya untuk menerima. Itulah kelemahan manusia yang tidak bisa menebak masa depan. Hiruk pikuk kuliah dan seabreg aktifitas kampus melupakan rasa keterpaksaan itu. Pilihan masuk IKIP ternyata menjadi pilihan yang paling realistis karena murah dan terjangkau. Kuliah di IKIP saya jalani 9 semester. Suka dan duka karena keterbatasan dana dan harus banting tulang cari uang untuk biaya kuliah menjadi bagian dari romantika kehidupan. Kecerdikan mencari beasiswa dan rajin sebagai aktifis kampus sehingga dekat dengan dosen dan petinggi fakultas serta jurusan merupakan ilmu tersendiri yang bermanfaat di kemudian hari. Singkat cerita jadilah saya seorang guru. Seseorang yang harus setia di depan kelas memberi ilmu untuk murid-muridnya. Dan saya bahagia menjadi pengubah nasib anak bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar